BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Biji adalah ovule yang dewasa.terbentuk
satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume,tapi tidak pernah lebih dari
satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu
terdiri paling kurang dua bagian, yaitu embrio, kulit biji (seed coat atau
testa). Embrio terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote) dengan
mengalami pembelahan sel di dalam embrio sac. Kulit biji terbentuk dari integumen
(satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji
yaitu lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal
dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan
sentuhan mekanis.
pada penanganan benih tanaman, yang diinginkan
adalah terkumpulnya sebanyak mungkin benih yang dapat berkecambah dan tumbuh.
Tujuan penanganan benih ini bertujuan untuk mendapatkan keberhasilan tumbuh
yang tinggi. Penanganan benih mencangkup serangkaian prosedur yang dimulai
dengan seleksi sumber benih dengan kualitas terbaik, pengumpulan, pemprosesan, penyimpanan
benih, perlakuan awal terhadap perkecambahan. Setiap rangkaian proses ini
mengandung resiko kegagalan dan rangkaian resiko tersebut adalah sama
pentingnya (meskipun tidak sama sensitifnya). Hal inilah yang melatar belakangi
dilaksanakannya praktikum ilmu tanaman pakan mengenai perkembangbiakan tanaman.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktikum Tanaman Mengenai
Perkembangbiakan Tanaman adalah untuk mengetahui cara, tekhnik, serta kelebihan
dan kekurangan dari sistem perkembangbiakan tanaman.
Adapun
tujuan dilaksanakannya Praktikum Tanaman Pakan Mengenai Perkembangbiakan Tanaman
adalah untuk membandingkan antara cara perkembangbiakan tanaman baik itu dengan
cara mekanis, kimiawi, dan caraair panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Perkembangbiakan Tanaman
Salah
satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuahn adalah peristiwa
perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan
ukuran ( volume, massa dan tinggi ). Pertumbuhan ini beresifat kuantitatif atau
terukur. Perkembangan adalah proses menuju kedeewasaan pada organisme. Proses
ini berlangsung secara kualitatif. Baik pertumbuhan dan perkembangan bersifat
irreversibel atau tidak dapat balik ( Irpan, 2013).
Perkembangbiakan tanaman adalah
suatu proses dihasilkannya individu generasi keturunan baru dari kedua atau
suatu tetua dalam rangka untuk mempertahankan dan pengembangan suatu jenis
tanaman. Perkembangbiakan tanaman biasanya mengikuti suatu pola yang teratur
yang dikenal dengan siklus atau daur hidup tanaman, yaitu suatu siklus dari
biji sampai menghasilkan kembali biji baru atau dari suatu bagian tanaman yang
dapat tumbuh menjadi tanaman baru dan menghasilkan bagian tanaman baru yang
dapat tumbuh berkembang menjadi tanaman baru lagi untuk meneruskan kehidupan dengan
pola siklus yang teratur (Irpan, 2013)
cara perkembangbiakan tanaman pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu secare generatif dan secara
vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif adalah perbanyakan tanaman
tersebut melalui biji atau embrio yang dihasilkan dari persatuan gamet jantan
dan gamet betina melalui proses penyerbukan dan pembuahan pada tanaman
berbunga. Perkembangbiakan secara vegetatif artinya tanaman atauindividu
tanaman baru berasal dari bagian vegetatif tanaman induk. Bagian vegetatif
dapat berupa akar, batang, daun, umbi yang apabila dilepas dan ditempatkan pada
lingkungan yang sesuai dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang sempurna (Irpan,
2013).
II.2 Perkecambahan Biji
Perkecambahan
merupakan serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke
bibit yang sedang tumbuh. Daya kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya
bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuan untuk
tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai. Daya kecambah benih meningkat dengan
bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai. Tipe perkecambahan
benih ada dua macam yaitu hipogeal dan epigeal. Pada tipe kecambah hipogeal,
kotiledon tetap tinggal di tanah, sedangkan pada tipe kecambah epigeal
kotiledon terangkat keatas. Biji legum termasuk tipe kecambah epigeal dimana
kotiledonnya ikut terangkat ke permukaan tanah. Hal itu disebabkan karena
pertumbuhan dan perpanjangan hipokotil kearah bawah tertambat ke tanah dengan
akar-akar lateral. Hipokotil membengkok, bergeser dan muncul ke permukaan tanah
(hadi, 2011).
Proses perkecambahan proses perkecambahan benih meliputi lima
tahapan. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air
oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua
yaitu kegiatan sel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah
penguraian bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi
bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap
keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah
meristemmatik yang menghasilkan energi untuk kegiatan pembentukkan komponen dan
pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh ( Hadi, 2011).
Menurut Henny (2010), perkecambahan adalah
proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan
untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah
bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Hasil dari perkecambahan ini adalah munculnya tumbuahan kecil dari dalam biji.
Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembanng menjadi batang dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
II.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peretasan Biji
Dalam benih generatif daya kecambah
merupakan faktor penentu keberhasilan yang utama. Karena sebaik apapun materi
yang terkandung didalam benih tersebut jika pada akhirnya tidak bisa
berkecambah maka tetap perkembangbiakan dari benih menjadi bibit dan tanaman
tidak akan terjadi (
Wahyuni, 2013).
Menurut wahyuni (2013), ada beberapa hal yang mempengaruhi daya
kecambah benih yaitu dari dalam benih ( faktor internal ):
1.
Tingkat kemasakan biji
Biji yang dipanen sebelum tercapainya masak secara fisiologis akan
memiliki viabilitas yang rendah. Bahkan pada beberapa tanaman tertentu benih
yang demikian tidak akan bisa berkecambah. Hal tersebut dikarenakan benih belum
memiliki cadangan makanan yang cukup untuk mendukung berkembangnya embrio
menjadi tanaman. Dan bisa juga disebabkan oleh embrio tanaman itu sendiri yang
belum sempurna walaupun cadangan makanan sudah cukup tersedia.
2.
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar memiliki cadangan makanan yang lebih
banyak dibandingkan benih yang berukuran kecil. Selain itu benih yang berukuran
besar juga dimungkinkan memiliki embrio yang besar pula. Benih yang memiliki
cadangan makanan yang lebih banyak akan memiliki protein, lemak dan karbohidrat
yang lebih banyak pula sehingga proses perkecambahan embrio dimungkinkan akan
terjadi secara baik. Semakin besar ukuran benih maka semakin besar kecambah
yang dihasilkan. Namun tidak ada kaitan yang nyata antara ukuran benih dengan
kecepatan berkecambah dan daya kecambah benih yang dihasilkan
3. Dormansi
Dormansi adalah istilah yang
menjelaskan bahwa benih pada saat itu adalah pada keadaan hidup namun tidak mau
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang memungkinkan benih tersebut
berkecambah. Biasa dengan masa tidur benih.
Benih
dikatakan dormansi sementara apabila benih tersebut tidak tumbuh dalam 3-7 hari
dan apabila lebih dari 3-7 hari biji dikatakan dormansi total atau istirahat
dalam jangka lama. dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih
sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya
yang sesuai.
4. Penghambat
perkecambahan
Penghambat perkecambahan biji dapat berupa kehadiran inhibitor atau
zat penghambat pertumbuahan contohnya asam absisat yang dapat menghambat
perkecambahan, baik dalam benih maupun pada permukaan benih, adanya larutan
dengan osmosik yang tinggi serta bahan yang bahan yang menghambat lintasan
metabolik atau mengahmbat laju respirasi.
Menurut wahyuni (2013), ada beberapa hal yang mempengaruhi daya
kecambah benih yaitu dari luar benih ( faktor eksternal ):
1.
Air
Air merupakan syarat penting bagi berlangsungnya perkecambahan. Ada
2 faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih yaitu a) kulit pelindung
yang mudah menyerap air b) jumlah ketersediaan air dalam medium disekitar
benih. Air memang memiliki korelasi terhadap proses perkecambahan namun jika
terlalu banyak air/lembab justru akan menyebabkan benih layu atau diserang
cendawan/jamur seperti jamur Peronospora parasitica yang membuat biji
menjadi keropos dan akhirnya mati. Sehingga dapat menurunkan daya kecambah
benih walaupun secara tidak langsung.
2.
Temperatur
Temperatur merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan benih.
Benih pada umumnya dapat berkecambah pada temperatur optimum yaitu pada suhu 26˚C
– 35˚C Walaupun ada tanaman pada iklim subtropis yang dapat berkecambah pada
suhu 10˚C, namun pada umumnya pada temperatur 0˚C -5˚C benih akan gagal
berkecambah atau akan terjadi kerusakan / chilling yang mengakibatkan
terbentuknya kecambah abnormal.
3. Oksigen
Selama benih hidup benih selalu melakukan respirasi. Saat proses
perkecambahan terjadi proses respirasinyapun ikut meningkat. Hal ini ditunjukan
dengan peningkatan pengambilan oksigen, pelepasan karbondioksida uap air dan
panas. Dengan terbatasnya oksigen maka proses perkecambahan akan terhambat.
Energi yang dihasilkan dari respirasi tersebut digunakan untuk mensuplai
metabolisme embrio untuk berkecambah.
4. Cahaya
Kebutuhan
benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis
tanaman, cahaya merupakan factor utama dalam fotosintesis dimana terjadi
fotosintesis pada reaksi terang dan reaksi gelap. Dimana paada reaksi terang
tumbuhan atau perkecambahan biji membutuhkan sinar matahari yang cukup,
sedangkan pada reaksi gelap tidak terlalu membutuhkan sinar matahari yang lebih
hal ini karena perbedaan jenis tanaman dan kemampuan menyerap intensitas
cahaya. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada
intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan
cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana
benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
5. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki
sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian viabilitas benih dapat
digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
II.4 Hormon-Hormon Yang Mempengaruhi Perkecambahan
Hormon
tumbuh atau zat pengatur tumbuh merupakan sekumpulan senyawa organik, baik yang
terbentuk secara alami maupun buatan. Hormon tumbuh dalam kadar sangat kecil
mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara biokimia atau dengan
bantuan enzim dan fisiologis atau pembentukan makanan yang berfungsi untuk
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh berbeda
dengan unsur hara atau nutrisi tanaman, baik dari segi fungsi maupun senyawa
penyusunnya (Kurnianti, 2012).
Menurut
Rainskey (2009), beberapa hormon yang berpengaruh terhadap perkecambahan biji
adalah :
1. hormon auksin
Hormon
auksin yang banyak terdapat pada ujung koleoptil. Hormon auksin memiliki peran
dalam mendorong pemanjangan batang atau pucuk, merangsang pertumbuhan akar
adventif pada batang/stek batang, dan memacu tunas apikal atau tunas di ujung
batang. Hormon auksin menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yang ada di membran plasma untuk memompa ion H+ ke dingding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul slulosa penyusun
dinding sel. Kemudian sel tumbuhan memanjang akibat airyang masuk secara
osmosik.
2. hormon giberelin
Hormon
ini berperang penting dalam memacu pertumbuhan batang, merangsang perkecambahan
biji dan tunas, merangsang pembentukan bunga, dan merangsang perkembangan buah
tanpa biji. Hormon giberelin akan merangsang terbentuknya enzim amilase dimana
enzim ini akan menghidrolisis pati seingga kadar gula dalam seln akan naik yang
akan menyebabkan air lebih banyak lagi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
3. Hormon sitokinin
Hormon
ini berperang dalam memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda
penuaan, memacu perkembangan kuncup samping, dan memacu pembesaran sel pada
kotiledon dikotil. Hormon sitokinin akan di transportasikan dari akar ke bagian
tanaman sehingga mampu mengaktifkan pertumbuhan tunas-tunas samping sehingga
tanaman memiliki ranting yang banyak dan menjadi rimbun.
4. Hormon asam absisat
Asam absisat
berperang dalam menghambat pertumbuhan ( dormansi ), dan memacu pengguguran
daun, bunga, dan buah. Asam absisat berperang penting dalam memulai masa
dormansi biji. Dalam keadaan dorman tidak terjadi pertumbuahan tanaman dan
aktifitan fisiologi terhenti sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk
mejaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang dikehendaki.
5. Gas
Etilen
Gas etilen berfungsi untuk membantu
memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada ubi dan kentang, mendukung
pematangan buah, mendukung terjadinya abscission (pelapukan) pada daun,
mendukung proses pembungaan, menghambat pemanjangan akar pada beberapa spesies
tanaman dan dapat menstimulasi pemanjangan batang, menstimulasi perkecambahan
dan mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.
6. asam
traumalin
Asam traumalin dianggap sebagai hormon luka, karena merangsang
pembelahan sel-sel dibagian tumbuhan yang luka. Apabila tumbuahan
mengalami luka karena gangguan fisik
maka akan segera terbentuk cambium gabus. Peristiwa ini merupakan kerja sama
anatr hormon pada tumbuhan. Pembentukan cambium gabus dilakuakan oleh hormon
giberelin, selanjutnya terbentuklah sel-sel baru akibat pengaruh hormon
sitokinin. Terbentuknya sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka
yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel
tumbuhan
7. kalin
Kalin adalah hormon yang berfungsi merangsang pembentukan organ
tumbuhan. Kalin dibedakan menjadi empat
macam yaitu rizokalin untuk merangsang pembentukan akar, kaulokalin
untuk merang pembentukan batang, filokalin untuk merangsang pembentukan daun
dan antokalin aatau florigen untuk merangsang pembentukan bunga.
II.5 Teknis Pelaksanaan Peretasan Biji
Menurut Ridho (
2014 ), teknis pelaksanaan peretasan biji terbagi dalam tiga cara yakni :
1. cara mekanis
Skarifikasi
mekanik dilakukan dengan cara menggosok mata benih legum dengan menggunakan
amplas. Bagian mata benih digosok hingga putih sehingga biji lewat
masa dormansinya. Pengamplasan yang terlalu halus dapat menyebabkan dormansi
benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air maupun gas,
selain terhadap air maupun gas, dapat mengakibatkan kulit biji yang keras akan
terkelupas sehingga air maupun gas dapat masuk dan perkecambahan pun terjadi.
2. cara
kimiawi
Skarifikasi
kimiawi dilakukan dengan cara merendam benih legum kedalam H2SO4.
Kulit/biji-biji dapat pecah, karena bereaksi dengan senyawa-senyawa di dalam
tanah. Senyawa H2SO4 dalam tanah dapat kita wakilkan
pada percobaan skarifikasi kimia. Dapat juga menggunakan KNO3,
sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat
masuknya oksigen ke dalam benih
3. cara
fisik
Secara
umum skarifikasi fisik dapat dilakukan dengan cara merendam
benihlegum dengan air panas. Perlakuan fisik dengan perendaman air
panas dilakukan dengan cara merendam benih selama 10
menit. Hal ini ditujukan agar benih menjadi lebih lunak sehingga
memudahkan terjadinya proses perkecambahan. Pemberian air, oksigen, dan suhu
yang tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan berkecambah dan berkembang
menjadi tanaman dewasa. Dengan demikian, perlu sekali penyesuaian suhu air
supaya perkecambahan dapat terjadi dengan baik.
II.6 Rumus Persentase Perkecambahan
Presentase perkecambahan merupakan
parameter yang digunakan untuk melihat jumlah kecambah normal yang dapat
dihasilkan oleh benih pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu
tertentu (rettob, 2012).
Perhitungan presentase perkecambahan benih dengan rumus :
Persentase perkecambahan biji
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan Mengenai Perkembangbiakan Tanaman dilaksanakan pada hari Sabtu,
20 September 2014 pukul 08.00 WITA sampai selesai dan bertempat di Laboratorium
Tanaman Pakan, Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanaman Pakan Mengenai
Perkembangbiakan Tanaman adalah amplas, cawan petri, pipet tetes, pulpen,
sendok besi, pemanas air, termometer, kertas tulis, dan kain saring.
Adapun bahan
yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanaman Pakan Mengenai Perkembangbiakan
Tanaman adalah biji tanaman lamtoro (Leuchaena leucecophala), biji
tanaman sentro
(Sentrosema pubensces), biji tanaman
kembang telang (Clitoria ternatea), aquades, kapas, tanah, pasir, air,
kertas label, H2SO4, dan air panas suhu 80˚C.
III.3 Mekanisme Kerja
Mekanisme
kerja dalam Praktikum Ilmu Tanaman Pakan Mengenai Perkembangbiakan Tanaman terbagi
menjadi tiga cara, yaitu :
1. Cara Mekanis
Praktikum
Mengenai Perkembangbiakan Tanaman dengan cara mekanis dilakukan dengan cara Menyediakan
120 biji leuchaena leucecophala lalu
membaginya kedalam 3 kelompok (masing-masing 10 biji per kelompok). Kelompok
pertama tampa perlakuan dan dijadikan kontrol. Kelompok kedua di gores.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Masing –masing biji disimpan
di cawan petri yang sebelumnya telah dialasi dengan kertas saring/kapas lalu di
teteskan air sebanyak 5cc atau secukupny. Catat jumlah biji yang berkecambah
tiap hari sampai tidak ada lagi yang berkecambah.
2. Cara Kimiawi
Praktikum
Mengenai Perkembangbiakan Tanaman dengan cara kimiawi dilakukan dengan cara Menyediakan
180 biji sentrosema pubensces lalu
membaginya kedalam 3 kelompok (masing-masing 60 biji per kelompok). Kelompok
pertama tampa perlakuan, kelompok kedua mencelupkannya kedalam H2SO4 selama 2 menit, kelompok ketiga mencelupkannya
kedalam H2SO4 selama
5 menit. Masing-masing pada media pasir, tanah dan kapas. Kelompok dua dan tiga
dengan merendamnya kedalam H2SO4 masing-masing 2 dan 5 menit kemudian mencucinya dengan
menggunakan air bersih lalu memasukkannya kedalam cawan petri yang berisi media
pasir, tanah dan kapas lalu menetesinya dengan dengan air sebanyak 5 cc atau
secukupmya. Kemudian mencatat jumlah biji yang berkecambah sampai tidak ada
lagi biji yang berkecambah.
3. Cara Air
Panas
Praktikum
Mengenai Perkembangbiakan Tanaman dengan cara air panas dilakukan dengan Menyediakan
120 biji tanaman Clitoria
ternatea, bagi dalam 3 kelompok (masing-masing 10 biji per
kelompok). Kelompok 1 tidak diberi perlakuan dan dijadikan control. Kelompok 2
dan 3 diberi perlakuan dengan cara di celupkan kedalam air panas dengan lama
celupan 2-5 menit saja. Kemudian dikeringkan lalu dimasukkan ke dalam cawan
petri yang sudah dilapisi kapasyang
telah dibasahi. Masing-masing diulang 3 kali. Dan catat jumlah biji yang
berkecambah sampai tidak ada lagi yang berkecambah.
Laporan Praktikum
Ilmu Tanaman Pakan
PRAKTIKUM II (
DUA )
PERKEMBANGBIAKAN
TANAMAN
OLEH :
NAMA
: ALFIAN ADI
FIRANSYAH
NIM : I11113330
KELOMPOOK
: 1 ( SATU )
GELOMBANG
: 1 ( SATU )
ASISTEN
: IBNU THALIB
LABORATORIUM TANAMAN PAKAN
JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
DAFTAR
PUSTAKA
4m3one.2010. Pengaruh Penggosokan Benih Dan Media Tanam
Pada Perkecambahan Benih. http://4m3one.wordpress.com/2010/12/21/penga
ruh-penggosokan-benih-dan-media-tanam-pada-perkecambahan-benih-karet-hevea-brassile
nsis-muell-arg/ diakses pada hari minggu,
21 sepetember 2014 pukul 14.35 WITA
Hadi, solihul. 2011. Dunia Tumbuhan Dan Hewan. http://satopepelakan.blogspot.
nl/2011/01/perkembangbiakan-dan-perbanyakan.html?m=1 diakses pada hari minggu, 21 sepetember 2014 pukul 13.24
WITA
Henny, dwika. 2010. Perkecambahan Biji. http://dwikahenny24.wordpress.com/
2010/02/07/perkecambahan-biji/ diakses pada hari minggu, 21 sepetember 2014 pukul 14.37
WITA
Irpan, muhammad. 2013. Pertumbuahan Dan Perkembangan
Tumbuhan. http://
irpanespanas.blogspot.com/2013/03/makalah-pertumbuhan-dan-perkemb
angan.html?m=1 diakses pada hari minggu,
21 sepetember 2014 pukul 14.56 WITA
Kurnianti, novik. 2012. Hormon Tumbuhan. http://tanijogonegoro.com/2012/11/ hormon-tumbuhan-atau-zpt-zat-pengatur.html?m=1 diakses pada hari minggu, 21 sepetember 2014 pukul 16.19
WITA
Rainzkey. 2009. Perkecambahan Biji. http://rainzkey.blogspot. com.es/2009/10/
perkecambahan.html?m=1 diakses pada hari minggu, 21 sepetember 2014 pukul 16.12
WITA
Ridho, M.fahim. 2014. Skalirifikasi. http://http://ridho-peternak.blogspot.com/
2014/06/laporan-ilmu-tanaman-pakan.html diakses pada hari Jumat, 26 september 2014 pukul 08.56
WITA
Wahyuni, elfira sri. 2013. Teknoli Binih. http://findy246.blogspot.Com/2013/11/ laporan-ilmu-dan-teknologi-benih.html?m=1 diakses pada hari minggu, 21 sepetember 2014 pukul 13.56
WITA
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil
dan pembahasan praktikum tanaman pakan mengenai perkembangbiakan tanaman dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa tekhnik penggoresan biji pada bagian belakang
embrio akan memudahkan biji tanaman untuk menyerap air sehingga akan menghambat
masa dormansi biji dan membantu dalam proses perkecambahan biji.
B. Saran
Saran
untuk praktikum tanaman makanan ternak mengenai perkecambahan biji agar ruangan
dapat dibuka tepat pada waktu melakukan pengamatan dan pemeliharaan tanaman.
Karena terkadang di waktu pagi hari mahasiswa yang akan melakukan pengamatan
tidak bisa masuk ruangan gara-gara ruangan yang masih tertutup padahal mahasiswa
akan kuliah.
Saran
untuk asisten praktikum tanaman makanan
ternak, agar dalam memeriksa laporan praktikum bisa adil tanpa memandang
status seseorang.
Saran
untuk laboratorium tanaman pakan agar alat yang tidak digunakan bisa di
pindahkan agar tidak mengganggu jalannya praktikum. Karena saya menganggap hal
tersebut akan memberikan ketegangan pada praktikum yang harus menghindari agar
tidak terjadi sesuatu pada alat tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Perkembangbiakan biji tanaman pada media
kapas
Tabel 1 : Perkembangbiakan Biji Tanaman Lamtoro ( Leucaena
leucecophala)
Hari
|
k1
|
k2
|
g1
|
g2
|
Minggu
|
0
|
0
|
0
|
4
|
Senin
|
0
|
0
|
1
|
8
|
Selasa
|
0
|
0
|
9
|
10
|
Rabu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Kamis
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Jumat
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Sabtu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Minggu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Senin
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Selasa
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Rabu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Kamis
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Jumat
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Sabtu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Sumber :
pengamatan laboratorium tanaman pakan, 2014
Pada tabel diatas mengenai perkecambahan Lamtoro (Leucena leucocephala) menunjukkan bahwa
hari pertama sampai hari terakhir untuk
kontrol tidak ada yang tumbuh, sedangkan untuk gores pada hari pertama
yang tumbuh itu sekitar 0,04 %, hari kedua 0,07 %, hari ke empat 0,19 %, dan
hari ke 5 sampai hari terakhir tetap yaitu 0,2 %. Karena dengan perlakuan gores akan
memudahkan biji untuk menyerap air dan zat hara lainnya. Hal ini sesuai
pendapat Ridho (2014), yang
menyatakan bahwa Bagian mata benih digosok hingga putih sehingga
biji lewat masa dormansinya. Pengamplasan yang terlalu halus dapat menyebabkan
dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air
maupun gas, selain terhadap air maupun gas, dapat mengakibatkan kulit biji yang
keras akan terkelupas sehingga air maupun gas dapat masuk dan perkecambahan pun
terjadi.
IV.2. Perkembangbiakan biji pada media tanah
Tabel 2 : Perkembangbiakan Biji Tanaman Lamtoro ( Leucaena
leucecophala).
Hari
|
K1
|
K2
|
G1
|
G2
|
Minggu
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Senin
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Selasa
|
0
|
0
|
2
|
7
|
Rabu
|
0
|
0
|
8
|
8
|
Kamis
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Jumat
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Sabtu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Minggu
|
0
|
0
|
10
|
10
|
Senin
|
2
|
0
|
10
|
10
|
Selasa
|
3
|
0
|
10
|
10
|
Rabu
|
3
|
0
|
10
|
10
|
Kamis
|
3
|
0
|
10
|
10
|
Jumat
|
3
|
0
|
10
|
10
|
Sabtu
|
3
|
0
|
10
|
10
|
Sumber : pengamatan laboratorium tanaman pakan, 2014
Pada tabel diatas
menunjukkan bahwa perkecambahan biji lamtoro pada media tanah dengan sistem
kontrol dari hari pertama sampai terakhir tidak ada biji yang tumbuh, tidak
sama halnya dengan sistem gores yaitu dari hari pertama sampai terakhir
pertumbuhan bijinya semakin bertambah atau meningkat yaitu pada hari pertama
0,06 %, hari ke dua 0.1 %, dan hari ke tiga sampai hari hari ke enam
pertumbuhannya itu tetap 0,17%, untuk hari terakhir 0,2 %. Hal ini sesuai
pendapat Irpan (2013), yang menyatakan bahwa Bagian vegetatif dapat berupa akar, batang, daun, umbi yang
apabila dilepas dan ditempatkan pada lingkungan yang sesuai dapat tumbuh
menjadi tanaman baru yang sempurna.
IV.I.3. Perkembangbiakan biji tanaman pada
media pasir
Tabel 3 : Perkembangbiakan Biji Tanaman Lamtoro ( Leucaena
leucecophala).
Hari
|
K1
|
K2
|
G1
|
G2
|
Minggu
|
0
|
0
|
3
|
3
|
Senin
|
0
|
0
|
6
|
4
|
Selasa
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Rabu
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Kamis
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Jumat
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Sabtu
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Minggu
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Senin
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Selasa
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Rabu
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Kamis
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Jumat
|
0
|
0
|
9
|
8
|
Sabtu
|
0
|
0
|
9
|
8
|
obat tradisional patah tulang
BalasHapusobat infeksi usus
obat pembengkakan lutut
obat radang paru paru anak
obat Nyeri Lambung
obat gatal selangkangan