Laporan Praktikum
Ilmu Tanaman Pakan
PRAKTIKUM I (
SATU )
PENGOLAHAN
LAHAN
OLEH :
NAMA
: ALFIAN ADI
FIRANSYAH
NIM : I11113330
KELOMPOOK
: 1 ( SATU )
GELOMBANG
: 1 ( SATU )
ASISTEN
: YUSMAR
LABORATORIUM TANAMAN PAKAN
JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanah
merupakan sumber penghidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah dapat
diolah menjadi tanah pertanian untuk menghasilkan bahan–bahan kebutuhan. Hasil
pertanian bisa kita kelolah menjadi bahan makannan, pakaian dan obat–obatan. Tanah
itu terdiri atas macam–macam lapisan. Bagian–bagian tanah pada setiap lapisan
berbeda – beda. Perbedaan itu disebabkan karena bahan – bahan yang terkandung
di dalam tanah itu tidak sama (griffindor, 2014).
Menurut
susunannya, lapisan tanah terdiri atas lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah,
dan bahan induk tanah. Tanah lapisan atas sangat subur. Hal ini dikarenakan
tanah lapisan atas bercampur dengan humus. Tanah yang kaya dengan humus
berwarna lebih hitam di bandingkan jenis tanah yang lain. Semebtara itu, tanah
bagian bawah kurang subur dan mempunyai warna lebih terang (ansyari, 2013).
Tanah
tidak hanya terdiri atas satu lapisan saja. Susunan lapisan tanah terdiri atas
humus, lempung, geluh pasir dan krikil. Tanah yang baik adalah tanah yang
banyak mengandung humus dan perbandingan bagian pasir, geluh, lempungnya hampir
sama. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum Tanaman Makanan
Ternak Mengenai Pengolahan Lahan.
I.2 Tujuan Dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum mengenai pengolahan lahan yaitu untuk mengetahui cara
pengolahan lahan yang baik dan benar.
Adapun
kegunaan dari praktikum pengolahan lahan yaitu untuk memperbaiki struktur tanah
dan memperoleh bagian tanah yang terbaik untuk selanjutnya akan dijadikan
tempat penanaman.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan
lahan adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukn untuk
menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan utama
pengolahan lahan adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi benih, menggemburkan
tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman
terbenam didalam tanah, dan memebrantas gulma (suripin, 2004).
Kondisi
tanah bisa juga diperbaiki dengan pengolahan yang berpengaruh terhadap struktur
tanah. Kemampuan menahan air, aerasi, kemampuan infiltrasi, suhu, dan
evaporasi. Pengolahan lahan akan mengurangi pembentukan panas dan memecahkan
saluran-saluran kapiler dalam tanah. Lapisan yang diolah akan mengering dengan
cepat, tetapi kelembaban di bawah dapat terkonservasi dengan lebih baik.
Pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benih
dan mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama tanaman yang lain atau
untuk membantu mengendalikan erosi (Haverkort, 1999)
Pengolahan
lahan membutuhkan input energi yang tinggi. Input energi yang tinggi bisa
dihasilkan dari suatu usaha tani (tenaga kerja manusia atau hewan yang disewa,
mekanisasi berbahan bakar). Pengolahan lahan bisa mengakibatkan efek negatif
atas kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan organik. Jika tidak
dikerjakan dengan baik, pengolahan lahan bisa juga meningkatkan erosi (Haverkort,
1999).
Pengolahan
lahan sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat (tidak ada hujan) 2-4 minggu
sebelum tanam. Pada awal musim kemarau, keadaan tanahnya mulai kering dan
keras, tanah diolah dengan traktor atau pacul/bajak. Pengolahan tanah dilakukan
agak dalam sehingga terbentuk bongkahan–bongkahan. Bongkahan tanah ini diatur
rapi membentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, dan selokan dengan lebar 20-40
cm. Setelah olahan tanah dibiarkan kering benar, kemudian disiram air sedikit
dan tanah bedengan diratakan (atom, 2013).
II.2 Cara – Cara
Atau Tahapan Pengolahan Lahan
Menurut
(Zannititah, 2007) tahapan dalam pengolahan lahan meliputi :
1.
Membersihkan
areal (land-clearing) bermaksud membembersihkan areal terhadap pepohonan,
semak-semak, dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya.
2.
pembajakan
(ploughing) bermaksud untuk memecahkan lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah,
sehingga penggemburan selanjutnya mudah dilakukan.
3.
Penggaruan
(harrowing) bermaksud untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi
struktur remah dan membersihkan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan
liar.
Pembukaan
lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Pada musim hujan tanah menjadi
basah dan lengket sehingga menyulitkan pengerjaan. Yang lebih penting lagi,
pembukaan lahan pada musim hujan memperbesar resiko rusaknya kondisi tanah.
Bila pembukaan lahan dilakukan pada musim kemarau maka penanaman dapat
dilakukan pada awal muysim hujan berikutnya. Berat ringannya dalam pengerjaan
tergantung kondisi lahan. Bila lahan sudah pernah ditanami , kegiatan pembukaan
lahan jelas akan lebih ringan dibandingkan lahan yang didominasi oleh pohon –
pohon besar (Untung, 2007).
Kegiatan
pembukaan lahan lahan dapat merusak lapisan top soil. Padahal tanah paling atas
sangat menentukan kesubutran tanah karena banyak terdapat unsur hara yang
sangat diperlukan tanaman. Dibawah top soil
terdapat lapisan sub soil. Unsur hara yang terdapat pada lapisan ini
belum bisa dipakai langsung oleh tanaman karena masih terikat oleh koloid-
koloid pembentuk ytanah. Supaya lapisan top soil yang tebalnya tidak lebih 15
cm itu tidak rusak maka kegiatan pembukaan lahan harus dilakukan dengan
hati-hati. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu merencanakan bagian untuk jalan,
bangunan dan pagar (Untung, 2007).
II.3
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengolahan Lahan Tropis Dan Lahan Sub Tropis
1.
Daerah iklim tropis
Menurut Rahma (2013), iklim tropis terletak antara 0° - 23½° LU dan 0° -
23½° LS. Ciri – ciri iklim tropis adalah sebagai berikut :
a. Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya
suhu udara antara 20° - 23° C. Bahkan dibeberapa tempat suhu tahunannya
mencapai 30°C.
b. Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1° - 5°
C, sedangkan amplitudo hariannya besar.
c. Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan
beraturan.
d. Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia.
Daerah iklim subtropis
2.
Iklim subtropis
Menurut Rahma (2013), iklim
subtropis terletak antara 23½° - 40° LU dan 23½° - 40° LS. Daerah ini merupakan
peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri – ciri iklim subtropis
adalah sebagai berikut:
a. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan
dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.
b. Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan
musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim
dingin tidak terlalu dingin.
c. Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
d. Daerah
subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering
disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim
dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok.
II.4 Jenis –
Jenis Tanah Yang Diolah
Tanah
adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen – komponen padat,
cair, dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku dianmis. Benda alami ini
terbentuk dari hasil kerja interaksi
antara iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk yang dipengaruhi oleh relief
tempat dan waktu (hasan, 2012).
Menurut
(adwinta, 2012) jenis – jenis tanah yang terdapat di indonesia atara lain
sebagai berikut ;
a. tanah vulkanis(andosol) adalah
tanah yang berasal dari hasil pelapukan debu vulkanisdan material letusan
gunung apilainnya. Tanah ini berwarna kelabu hingga kuning dan peka terhadap
erosi. Jenis tanah ini sangat subur danm baik dimamfaatkan sebagai lahan
pertanian.
b. tanah aluvil adalah tanah yangh
berasal dari endapan lumpur sungai. Tanah ini berwarna kelabu dan sifatnya peka
terhadap erosi. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, tembakau,
karet, kalapa, dan kopi.
c. tanah humus adalah hasil sisa
pelapukan tumbuhan yang telah diuraikan oleh organisme kecil dalam tanah. Humus
memulihkan zat kimia yang berguna bagi tanah, sehingga tanaman dapat hidup.
Tanah ini berwarna kehitaman dan mengandung bahan organik serta mudah basah.
d. tanah laterit adalah tanah yang
terjadi karena adanya pelarutan garam – garam dalam batuan sehingga oksidasi
besi dan aluminium. Tanah ini banyak mengandung zat besi dan aluminium sehingga
tanah ini kurang subur dan hanya tepat untuk tanaman palawija, hortikultur dan
karet.
e. tanah kapur adalah tanah yang
berasal dari pelapukan batuan kapur. Tanah ini berwarna putih kecoklatan dan
keras serta tidak subur. Karena kandungan bahannya tanah ini sangat tepat untuk
tanaman jati.
f. tanah gambut adalah tanah yang
berasal dari bahan organik yang hidup di rawa – rawa dan mengalami proses
pembusukan tidak sempurna. Tanah ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan
tidak subur. Tanpa pengolahan khusus tanah ini tidak cocok untuk lahan
pertanian.
g.tanah mergel adalah tanah yang
terjadi dari campuran batuan kapur, tanah liat, dan pasir. Tanah ini termasuk
tanah yang subur.
h. tanah regosol adalah tanah berupa
material – material kasar. Terbentuk dari pasir pantai atau material dari
gunung api yang belum banyak mengalami pelapukan. Tanah ini berbutiran besar
dan kasar.
i. tanah latosol adalah tanah
berbatu – batu, yaitu tanah tua berupa batuan keras yang belum melapuk dengan
sempurna. Tanah jenis ini berciri keras dan tidak subur.
j. Tanah padzolik adalah tanah yang
terdiri dari batuan – batuan yang mengandung kuarsa.
Menurut
(suhanda, 2012) jenis tanah di daerah beriklim subtropis anatara lain sebagai
berikut ;
a. Tanah Entisol merupakan tanah yang cenderung
menjadi. Merekan dicirikan tanah yang berkembang pada alluvium dari tanah asal
yang baru dan mempunyai perkembangan profil sangat lemah, umumnya adalah
Fluvent. Etisol yang berkembang
dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Pengaruh danau
yang cukup pada iklim membuatnya menguntungkan untuk menaikkan produksi
buah-buahan pada beberapa entisol di Michigan. Mereka mempunyai kandungan bahan
organik yang rendah dan umumnya responsive terhadap pemupukan nitrogen.
b. tanah Inceptisol terjadi pada semua daerah iklim, dimana mereka
mengalami banyak pencucian dalam sebagian besar tahun. Tanah tundra dicirikan
dengan kandungan organic yang tinggi. Vegetasi terdiri terutama dari vegetasi
berlumut, campuran cendawan dan lumut yang hidup bersama (lichens) dan jenis
alang-alang yang tumbuh di bawah. Tanaman-tanaman ini tumbuh sangat lambat
tetapi rendahnya temperature tanah mengahmbat perombakan bahan organic, berakibat
pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organic yang tinggi. Mereka selalu
mempunyai permafrost agak asam sampai sangat asam dan mempunyai mikro relief
permukaan yang disebabkan oleh pembekuan dan pencairan.
c. tanah Aridisol mempunyai regim kelembaban tanah
aridic dan merupakan tanah dominan rendah padang pasir, merupakan ordo tanah
yang berlimpah mendekati 20% tanah di dunia (lihat table). Belukar padang pasir
mendominasi sebagian besar daerah arid dimana belukar memberikan jalan
tumbuhnya rumput berkelompok dengan meningkatnya kelembaban.
d. tanah Molliasol adalah tanah Berbatasan
dengan beberapa deaerah padang pasir adalah area bercurah hujan tinggi yang
mendukung rumput yang menutupi tanah dengan sempurna dan menghasilkan bahan
organik yang berlimpah, yang dirombak dalam tanah. Curah hujan, bagaimanapun
cukup dibatasi untuk mencegah pencucian berlebihan dan kejenuhan basa tetap
tinggi. Perombakan bahan organik yang berlimpah dalam tanah yang ada kalsiumnya
mengawali pembentukan epipedon mollik. Struktur tanah dengan agregat
yang baik menghasilkan tanah yang lembut dan tidak pejal atau tidak keras bila
kering. Semua mollik mempunyai epidon mollik.
e. tanah Spodosol
merupakan tanah mineral yang mempunyai horizon spodik, suatu horizon dalam
dengan akumulasi bahan organic, dan oksidasi aluminium (Al) dengan atau tanpa
oksidasi besi (Fe). Umumnya terbentuk diwilayah iklim humid, dibawah vegetasi
hutan basah dan berkembang dari bahan endapan dan batuan sediment kaya kuarsa
yang dipercepat oleh adanya vegetasi yang menghasilkan serasah asam. Senyawa –
senyawa organic tercuci kebawah bersama air perkolasi sehingga tanah permukaan
menjadi berwarna terang, sedang horizon bawah menjadi berwarna gelap karena
terjadinya selaput organic pada butir-butir tanah.
f. tanah alfisol merupakan tanah-tanah yang
terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison
di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan
sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning,
Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
g. Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah
dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C. Ultisol adalah tanah dengan hormon
argilik atau kardik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa
(jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%.
h. tanah oxisol adalah lapisan permukaan bumi
yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh
gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus)
i. tanah Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur
liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar
kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada
daratan dengan iklim tropis dan subtropis
j.
Histosol (tanah organic) asal bahasa yunani histories artinya jaringan.
Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Histosol
mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches)
kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit
banyak terdekomposisi dan menyimpan air.
II.5 Jarak Pengolahan Tanah
Dalam pengolahan tanah yang intensif , lahan dibagi menjadi areal
areal kecil, kemudian dilakukan daur ulang dengan mengunakan bahan-bahan yang
ada di sekitarnya sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan alamiah
tanah untuk memelihara kehidupan tanaman, kelembaban dan kondisi mikroba dalam
tanah. Jumlah unsur hara dalam tanah tidak akan banyak berkurang apabila setiap
kali selesai musim panen sisa-sisa crop yang tidak dikonsumsi dikembalikan lagi
ketanah asalnya, kecuali yang mempunyai penyakit ( Atom, 2013).
Sebagai salah satu pelaksana dalam pengolahan
tanah, sebaiknya lahan dibagi menjadi beberapa bedengan dan diolah perbedengan
untuk mengefektifkan tenaga kerja. Tanah digali untuk digemburkan sampai
kedalaman 60 cm, untuk memperbaiki tata udara tanah yang dapat dipergunakan
untuk perkembangan cacing tanah dan menguntungkanbagi mikroorgtanisme dalam
tanah. Lebar bedengan sebaiknya tidak lebih dari 1,5 m sehingga kita dapat
mengolahnya dari sisi bedengan tanpa mengijaknya, kemudian kita beri mulsa
untuk mengurangi kepadatan tanah ( Atom, 2013).
Menurut
Bertus (1999), pembuatan bedengan pada lahan yang sempit untuk keperluan yang
permanen atau tahunan yang bersifat padat karya, awalnya lahan digali hingga
kedalaman 30-60 cm. Meskipun ini lebih produktif, namun kurang disukai petani
yang belum merasakan mamfaatnya. Sangat penting untuk menjaga bedengan selalu
tertutup dengan tanaman atau jika tidak tersedia cukup air, untuk menjaga
ketebalan lapisan atas setebal 10-15 cm dari jerami/rumput kering atau bahan
mulsa lainnya sehingga pengolahan minimum dapat diterapkan.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
III.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum Tanaman
Makanan Ternak Mengenai Pengolahan Lahan dilakukan pada hari Sabtu, 13
September 2014, pukul 08.00 WITA - selesai dan bertempat di Laboratorium Tanaman Makanan
Ternak dan Kebun Rumput Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat Dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum pengolahan lahan adalah cangkul, sabit atau
parang, meteran, skop, linggis dan ember.
Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum mengenai pengolahan bahan adalah air dan tali
rafia.
III.3 Mekanisme Kerja
Mekanisme
kerja dalam prktikum pengolahan lahan adalah pertama, dengan membersihkan lahan
yang akan di olah dengan ukuran 8 x 4 m dari gulma ataupun tanaman pengganggu
lainnya dengan menggunakan parang atau sabit. Kemudian menyiram permukaan tanah
agar memudahkan dalam pembajakan. selanjutnya melakukan pembajakan lahan dengan
menggunakan cangkul dengan kedalaman 15 – 20 cm dan lebar 50 cm serta jarak
antara bedengan yang satu dengan lainya
yaitu 50 cm. Langkah terakhir, melakukan penggemburan lahan dengan cara
memecahkan bongkahan – bongkahan tanah bekas pembajakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam
Praktikum Mengenai Pengolahan Lahan yang dilakukan pertama adalah pembersihan
lahan dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya dengan menggunakan parang dan
sabit. Segala tanaman dan akar tanaman di bersihkan untuk mencegah terganggunya
tanaman yang akan di tanam. Hal ini sesuai dengan pendapat Zannititah (2007),
yang menyatakan bahwa pembersihan lahan (land-clearing) bermaksud
membembersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak, dan alang-alang atau
tumbuh-tumbuhan lainnya.
Kemudian
tanah yang sudah bersih dibajak dengan menggunakan cangkul. Hal ini bertujuan
untuk memecahkan tanah menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini sesuai pendapat Zannititah
(2007), yang menyatakan bahwa pembajakan (ploughing) bermaksud untuk memecahkan
lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan selanjutnya mudah
dilakukan.
Tanah
yang diolah pada praktikum ini adalah tanah kering dan sudah mengeras. Hal ini dikarenakan
waktu pengolahan lahan yang dilakukan adalah pada musim kemarau sehingga
pengolahannya lebih keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Atom (2013), yang
menyatakan bahwa Pada awal musim kemarau, keadaan tanahnya mulai kering dan
keras, tanah diolah dengan traktor atau pacul/bajak. Pengolahan tanah dilakukan
agak dalam sehingga terbentuk bongkahan–bongkahan.
Pada
Praktikum Pengolahan Lahan dibuat bedengan dengan pembajakan tanah sedalam
10-15 cm. Dengan ukuran bedengan 50 cm dan jarak antaranya 50 cm. Hal ini
kurang sesuai dengan pendapat Atom (2013) yang menyatakan bahwa Bongkahan tanah
ini diatur rapi membentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, dan selokan dengan
lebar 20-40 cm. Sementara menurut Haverkort (1999), pembuatan bedengan pada
lahan yang sempit untuk keperluan yang permanen atau tahunan bersifat padat
karya, awalnya lahan digali hingga kedalaman 30-60 cm.
Langkah
terakhir yaitu dengan melakukan penggaruan tanah. Penggaruan dilakukan dengan
parang atau kayu untuk memecah bongkahan tanah menjadi bagian yang lebih kecil
serta membersihkan tanah dari akar tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Zannititah
(2007), yang menyatakan bahwa Penggaruan (harrowing) bermaksud untuk
menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah dan membersihkan
tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari pembahasan
hasil Praktikum Mengenai Pengolahan Lahan dapat ditarik kesimpulan bahwa cara
pengolahan lahan yang baiak adalah dimulai dari pembersihan lahan dari gulma
atau tanaman pengganggu lainnya, kemudian pembajakan tanah menjadi bongkahan
kecil serta penggaruan tanah menjadi bentuk yang remah. Namun, dalam proses
penggaruan perlu juga membersihkan tanah dari akar bekas tanaman pengganggu.
V.2 Saran
Saran
untuk Laboratorium Tanaman Makanan Ternak, agar supaya alat-alat yang
dibutuhkan dalam praktikum bisa disiapkan sebelumnya.
Saran
untuk Praktikum Pengolahan Lahan, agar waktu praktikum bisa dilaksanakan di
awal pagi hari.
Saran
untuk Asisten Praktikum Tanaman Makanan Ternak, agar asisten bisa mendampingi
praktikannya dalam praktikum. Agar asisten bisa melihat dan menilai apa yang
dilakukan praktikannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Adwinta. 2012. Jenis dan ciri-ciri tanah di indonesia. http://m.adwintaactivity.
blogspot.com/2012/04/jenis – dan–ciri – ciri –tanah -di-indonesia.html?=1 Diakses
Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 11.28 WITA.
Ansyari, Isya.2013. Susunan Tanah Dan Jenisnya.http://m.learmine.blogspot. com/2013/04/Susunan–Tanah-Dan-Jenisnya.Html?M=1
Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 11.28 WITA.
Atom .2013. Pembibitan Dan Pengolahan Tanah. http://m.tutorialbudidaya
.blogspot.com/2013/09/Pembibitan- Dan- Pengolahan-Tanah.Html?M = 1 Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 13.27 WITA.
Griffindor, Abdhi. 2014. Menegenal Lapisan Pada Tanah. http://m.artikelampuh.
blogspot. com / 2014 / 02 / Mengenal - Lapisan - Pada - Tanah . Html?M=1 Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 11.53 WITA.
Hasan,
syamsuddin. 2012. Hijauan pakan tropik. IPB Press. Bogor.
Haverkort,
Bertus .1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Ygyakarta.
Rahma, yunita. 2013.Klasifikasi Iklim dan Dasar Pembagiannya.http://rahma yunisa02.blogspot.com/2013/10/klasifikasi-iklim-dan
- dasar - pembagian nya .html diakses pada hari selasa, 16 september 2014,
pukul 15.13 WITA.
Suhanda, eka. 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Pembentukan Tanah.
http://m. http://suhandaeka.blogspot.com/ diakses pada hari selasa, 16 september 2014, pukul 12.42 WITA.
Suripin . 2004 .pelestarian sumber daya tanah dan air. ANDI.
Ygyakarta.
Untung, Onny. 2007 . Durian. Penebar Swadaya. Jakarta
Zannititah, zia .2012. Tahap-Tahap Pengolahan Tanah. http://m.Ziazannititah-pawana.blogspot.com2012/05/tahap
tahap pengolahan tanah. Html?m=1 diakses pada hari minggu, 14 september
2014, pukul 15.25 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar