Rabu, 12 November 2014

Laporan Praktikum
Ilmu Tanaman Pakan



PRAKTIKUM I ( SATU )
PENGOLAHAN LAHAN



OLEH :



NAMA                       : ALFIAN ADI FIRANSYAH
NIM                            : I11113330
KELOMPOOK         : 1 ( SATU )
GELOMBANG         : 1 ( SATU )
ASISTEN                   : YUSMAR




 

 

 

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN

JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanah merupakan sumber penghidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah dapat diolah menjadi tanah pertanian untuk menghasilkan bahan–bahan kebutuhan. Hasil pertanian bisa kita kelolah menjadi bahan makannan, pakaian dan obat–obatan. Tanah itu terdiri atas macam–macam lapisan. Bagian–bagian tanah pada setiap lapisan berbeda – beda. Perbedaan itu disebabkan karena bahan – bahan yang terkandung di dalam tanah itu tidak sama (griffindor, 2014).
Menurut susunannya, lapisan tanah terdiri atas lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah, dan bahan induk tanah. Tanah lapisan atas sangat subur. Hal ini dikarenakan tanah lapisan atas bercampur dengan humus. Tanah yang kaya dengan humus berwarna lebih hitam di bandingkan jenis tanah yang lain. Semebtara itu, tanah bagian bawah kurang subur dan mempunyai warna lebih terang (ansyari, 2013).
Tanah tidak hanya terdiri atas satu lapisan saja. Susunan lapisan tanah terdiri atas humus, lempung, geluh pasir dan krikil. Tanah yang baik adalah tanah yang banyak mengandung humus dan perbandingan bagian pasir, geluh, lempungnya hampir sama. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum Tanaman Makanan Ternak Mengenai Pengolahan Lahan.



I.2 Tujuan Dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai pengolahan lahan yaitu untuk mengetahui cara pengolahan lahan yang baik dan benar.
Adapun kegunaan dari praktikum pengolahan lahan yaitu untuk memperbaiki struktur tanah dan memperoleh bagian tanah yang terbaik untuk selanjutnya akan dijadikan tempat penanaman.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukn untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan utama pengolahan lahan adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam didalam tanah, dan memebrantas gulma (suripin, 2004).
Kondisi tanah bisa juga diperbaiki dengan pengolahan yang berpengaruh terhadap struktur tanah. Kemampuan menahan air, aerasi, kemampuan infiltrasi, suhu, dan evaporasi. Pengolahan lahan akan mengurangi pembentukan panas dan memecahkan saluran-saluran kapiler dalam tanah. Lapisan yang diolah akan mengering dengan cepat, tetapi kelembaban di bawah dapat terkonservasi dengan lebih baik. Pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benih dan mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama tanaman yang lain atau untuk membantu mengendalikan erosi (Haverkort, 1999)
Pengolahan lahan membutuhkan input energi yang tinggi. Input energi yang tinggi bisa dihasilkan dari suatu usaha tani (tenaga kerja manusia atau hewan yang disewa, mekanisasi berbahan bakar). Pengolahan lahan bisa mengakibatkan efek negatif atas kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan organik. Jika tidak dikerjakan dengan baik, pengolahan lahan bisa juga meningkatkan erosi (Haverkort, 1999).
Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat (tidak ada hujan) 2-4 minggu sebelum tanam. Pada awal musim kemarau, keadaan tanahnya mulai kering dan keras, tanah diolah dengan traktor atau pacul/bajak. Pengolahan tanah dilakukan agak dalam sehingga terbentuk bongkahan–bongkahan. Bongkahan tanah ini diatur rapi membentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, dan selokan dengan lebar 20-40 cm. Setelah olahan tanah dibiarkan kering benar, kemudian disiram air sedikit dan tanah bedengan diratakan (atom, 2013).
II.2 Cara – Cara Atau Tahapan Pengolahan Lahan       
Menurut (Zannititah, 2007) tahapan dalam pengolahan lahan meliputi :
1.             Membersihkan areal (land-clearing) bermaksud membembersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak, dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya.
2.             pembajakan (ploughing) bermaksud untuk memecahkan lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan selanjutnya mudah dilakukan.
3.             Penggaruan (harrowing) bermaksud untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah dan membersihkan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Pada musim hujan tanah menjadi basah dan lengket sehingga menyulitkan pengerjaan. Yang lebih penting lagi, pembukaan lahan pada musim hujan memperbesar resiko rusaknya kondisi tanah. Bila pembukaan lahan dilakukan pada musim kemarau maka penanaman dapat dilakukan pada awal muysim hujan berikutnya. Berat ringannya dalam pengerjaan tergantung kondisi lahan. Bila lahan sudah pernah ditanami , kegiatan pembukaan lahan jelas akan lebih ringan dibandingkan lahan yang didominasi oleh pohon – pohon besar (Untung, 2007).
Kegiatan pembukaan lahan lahan dapat merusak lapisan top soil. Padahal tanah paling atas sangat menentukan kesubutran tanah karena banyak terdapat unsur hara yang sangat diperlukan tanaman. Dibawah top soil  terdapat lapisan sub soil. Unsur hara yang terdapat pada lapisan ini belum bisa dipakai langsung oleh tanaman karena masih terikat oleh koloid- koloid pembentuk ytanah. Supaya lapisan top soil yang tebalnya tidak lebih 15 cm itu tidak rusak maka kegiatan pembukaan lahan harus dilakukan dengan hati-hati. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu merencanakan bagian untuk jalan, bangunan dan pagar (Untung, 2007).
II.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengolahan Lahan Tropis Dan Lahan Sub Tropis

1.      Daerah iklim tropis
Menurut Rahma (2013), iklim tropis terletak antara 0° - 23½° LU dan 0° - 23½° LS. Ciri – ciri iklim tropis adalah sebagai berikut :
a. Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20° - 23° C. Bahkan dibeberapa tempat suhu tahunannya mencapai 30°C.
b. Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1° - 5° C, sedangkan amplitudo hariannya besar.
c. Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
d. Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia.
 Daerah iklim subtropis
2.      Iklim subtropis
Menurut Rahma (2013), iklim subtropis terletak antara 23½° - 40° LU dan 23½° - 40° LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri – ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut:
a. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.
b. Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin.
c. Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
d. Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok.
II.4 Jenis – Jenis Tanah Yang  Diolah
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen – komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku dianmis. Benda alami ini terbentuk dari  hasil kerja interaksi antara iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempat dan waktu (hasan, 2012).
Menurut (adwinta, 2012) jenis – jenis tanah yang terdapat di indonesia atara lain sebagai berikut ;
a. tanah vulkanis(andosol) adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan debu vulkanisdan material letusan gunung apilainnya. Tanah ini berwarna kelabu hingga kuning dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini sangat subur danm baik dimamfaatkan sebagai lahan pertanian.
b. tanah aluvil adalah tanah yangh berasal dari endapan lumpur sungai. Tanah ini berwarna kelabu dan sifatnya peka terhadap erosi. Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, tembakau, karet, kalapa, dan kopi.
c. tanah humus adalah hasil sisa pelapukan tumbuhan yang telah diuraikan oleh organisme kecil dalam tanah. Humus memulihkan zat kimia yang berguna bagi tanah, sehingga tanaman dapat hidup. Tanah ini berwarna kehitaman dan mengandung bahan organik serta mudah basah.
d. tanah laterit adalah tanah yang terjadi karena adanya pelarutan garam – garam dalam batuan sehingga oksidasi besi dan aluminium. Tanah ini banyak mengandung zat besi dan aluminium sehingga tanah ini kurang subur dan hanya tepat untuk tanaman palawija, hortikultur dan karet.
e. tanah kapur adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan kapur. Tanah ini berwarna putih kecoklatan dan keras serta tidak subur. Karena kandungan bahannya tanah ini sangat tepat untuk tanaman jati.
f. tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang hidup di rawa – rawa dan mengalami proses pembusukan tidak sempurna. Tanah ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan tidak subur. Tanpa pengolahan khusus tanah ini tidak cocok untuk lahan pertanian.
g.tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, tanah liat, dan pasir. Tanah ini termasuk tanah yang subur.
h. tanah regosol adalah tanah berupa material – material kasar. Terbentuk dari pasir pantai atau material dari gunung api yang belum banyak mengalami pelapukan. Tanah ini berbutiran besar dan kasar.
i. tanah latosol adalah tanah berbatu – batu, yaitu tanah tua berupa batuan keras yang belum melapuk dengan sempurna. Tanah jenis ini berciri keras dan tidak subur.
j. Tanah padzolik adalah tanah yang terdiri dari batuan – batuan yang mengandung kuarsa.
Menurut (suhanda, 2012) jenis tanah di daerah beriklim subtropis anatara lain sebagai berikut ;
a. Tanah Entisol merupakan tanah yang cenderung menjadi. Merekan dicirikan tanah yang berkembang pada alluvium dari tanah asal yang baru dan mempunyai perkembangan profil sangat lemah, umumnya adalah Fluvent. Etisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Pengaruh danau yang cukup pada iklim membuatnya menguntungkan untuk menaikkan produksi buah-buahan pada beberapa entisol di Michigan. Mereka mempunyai kandungan bahan organik yang rendah dan umumnya responsive terhadap pemupukan nitrogen.
b. tanah Inceptisol terjadi pada semua daerah iklim, dimana mereka mengalami banyak pencucian dalam sebagian besar tahun. Tanah tundra dicirikan dengan kandungan organic yang tinggi. Vegetasi terdiri terutama dari vegetasi berlumut, campuran cendawan dan lumut yang hidup bersama (lichens) dan jenis alang-alang yang tumbuh di bawah. Tanaman-tanaman ini tumbuh sangat lambat tetapi rendahnya temperature tanah mengahmbat perombakan bahan organic, berakibat pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organic yang tinggi. Mereka selalu mempunyai permafrost agak asam sampai sangat asam dan mempunyai mikro relief permukaan yang disebabkan oleh pembekuan dan pencairan.
c. tanah Aridisol mempunyai regim kelembaban tanah aridic dan merupakan tanah dominan rendah padang pasir, merupakan ordo tanah yang berlimpah mendekati 20% tanah di dunia (lihat table). Belukar padang pasir mendominasi sebagian besar daerah arid dimana belukar memberikan jalan tumbuhnya rumput berkelompok dengan meningkatnya kelembaban.
d. tanah  Molliasol adalah tanah Berbatasan dengan beberapa deaerah padang pasir adalah area bercurah hujan tinggi yang mendukung rumput yang menutupi tanah dengan sempurna dan menghasilkan bahan organik yang berlimpah, yang dirombak dalam tanah. Curah hujan, bagaimanapun cukup dibatasi untuk mencegah pencucian berlebihan dan kejenuhan basa tetap tinggi. Perombakan bahan organik yang berlimpah dalam tanah yang ada kalsiumnya mengawali  pembentukan epipedon mollik. Struktur tanah dengan agregat yang baik menghasilkan tanah yang lembut dan tidak pejal atau tidak keras bila kering. Semua mollik mempunyai epidon mollik.
 e. tanah Spodosol merupakan tanah mineral yang mempunyai horizon spodik, suatu horizon dalam dengan akumulasi bahan organic, dan oksidasi aluminium (Al) dengan atau tanpa oksidasi besi (Fe). Umumnya terbentuk diwilayah iklim humid, dibawah vegetasi hutan basah dan berkembang dari bahan endapan dan batuan sediment kaya kuarsa yang dipercepat oleh adanya vegetasi yang menghasilkan serasah asam. Senyawa – senyawa organic tercuci kebawah bersama air perkolasi sehingga tanah permukaan menjadi berwarna terang, sedang horizon bawah menjadi berwarna gelap karena terjadinya selaput organic pada butir-butir tanah.
f. tanah alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
g. Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C. Ultisol adalah tanah dengan hormon argilik atau kardik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%.
h. tanah oxisol adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus)
i. tanah Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis 
j. Histosol (tanah organic) asal bahasa yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Histosol mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air.
II.5 Jarak Pengolahan Tanah
Dalam pengolahan tanah yang intensif , lahan dibagi menjadi areal areal kecil, kemudian dilakukan daur ulang dengan mengunakan bahan-bahan yang ada di sekitarnya sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan alamiah tanah untuk memelihara kehidupan tanaman, kelembaban dan kondisi mikroba dalam tanah. Jumlah unsur hara dalam tanah tidak akan banyak berkurang apabila setiap kali selesai musim panen sisa-sisa crop yang tidak dikonsumsi dikembalikan lagi ketanah asalnya, kecuali yang mempunyai penyakit ( Atom, 2013).
Sebagai salah satu pelaksana dalam pengolahan tanah, sebaiknya lahan dibagi menjadi beberapa bedengan dan diolah perbedengan untuk mengefektifkan tenaga kerja. Tanah digali untuk digemburkan sampai kedalaman 60 cm, untuk memperbaiki tata udara tanah yang dapat dipergunakan untuk perkembangan cacing tanah dan menguntungkanbagi mikroorgtanisme dalam tanah. Lebar bedengan sebaiknya tidak lebih dari 1,5 m sehingga kita dapat mengolahnya dari sisi bedengan tanpa mengijaknya, kemudian kita beri mulsa untuk mengurangi kepadatan tanah ( Atom, 2013).
Menurut Bertus (1999), pembuatan bedengan pada lahan yang sempit untuk keperluan yang permanen atau tahunan yang bersifat padat karya, awalnya lahan digali hingga kedalaman 30-60 cm. Meskipun ini lebih produktif, namun kurang disukai petani yang belum merasakan mamfaatnya. Sangat penting untuk menjaga bedengan selalu tertutup dengan tanaman atau jika tidak tersedia cukup air, untuk menjaga ketebalan lapisan atas setebal 10-15 cm dari jerami/rumput kering atau bahan mulsa lainnya sehingga pengolahan minimum dapat diterapkan.
           



BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum Tanaman Makanan Ternak Mengenai Pengolahan Lahan dilakukan pada hari Sabtu, 13 September 2014, pukul 08.00 WITA - selesai dan  bertempat di Laboratorium Tanaman Makanan Ternak dan Kebun Rumput Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pengolahan lahan adalah cangkul, sabit atau parang, meteran, skop, linggis dan ember.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai pengolahan bahan adalah air dan tali rafia.
III.3 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dalam prktikum pengolahan lahan adalah pertama, dengan membersihkan lahan yang akan di olah dengan ukuran 8 x 4 m dari gulma ataupun tanaman pengganggu lainnya dengan menggunakan parang atau sabit. Kemudian menyiram permukaan tanah agar memudahkan dalam pembajakan. selanjutnya melakukan pembajakan lahan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 15 – 20 cm dan lebar 50 cm serta jarak antara bedengan  yang satu dengan lainya yaitu 50 cm. Langkah terakhir, melakukan penggemburan lahan dengan cara memecahkan bongkahan – bongkahan tanah bekas pembajakan.



BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam Praktikum Mengenai Pengolahan Lahan yang dilakukan pertama adalah pembersihan lahan dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya dengan menggunakan parang dan sabit. Segala tanaman dan akar tanaman di bersihkan untuk mencegah terganggunya tanaman yang akan di tanam. Hal ini sesuai dengan pendapat Zannititah (2007), yang menyatakan bahwa pembersihan lahan (land-clearing) bermaksud membembersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak, dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya.
Kemudian tanah yang sudah bersih dibajak dengan menggunakan cangkul. Hal ini bertujuan untuk memecahkan tanah menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini sesuai pendapat Zannititah (2007), yang menyatakan bahwa pembajakan (ploughing) bermaksud untuk memecahkan lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan selanjutnya mudah dilakukan.
Tanah yang diolah pada praktikum ini adalah tanah kering dan sudah mengeras. Hal ini dikarenakan waktu pengolahan lahan yang dilakukan adalah pada musim kemarau sehingga pengolahannya lebih keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Atom (2013), yang menyatakan bahwa Pada awal musim kemarau, keadaan tanahnya mulai kering dan keras, tanah diolah dengan traktor atau pacul/bajak. Pengolahan tanah dilakukan agak dalam sehingga terbentuk bongkahan–bongkahan.
Pada Praktikum Pengolahan Lahan dibuat bedengan dengan pembajakan tanah sedalam 10-15 cm. Dengan ukuran bedengan 50 cm dan jarak antaranya 50 cm. Hal ini kurang sesuai dengan pendapat Atom (2013) yang menyatakan bahwa Bongkahan tanah ini diatur rapi membentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, dan selokan dengan lebar 20-40 cm. Sementara menurut Haverkort (1999), pembuatan bedengan pada lahan yang sempit untuk keperluan yang permanen atau tahunan bersifat padat karya, awalnya lahan digali hingga kedalaman 30-60 cm.
Langkah terakhir yaitu dengan melakukan penggaruan tanah. Penggaruan dilakukan dengan parang atau kayu untuk memecah bongkahan tanah menjadi bagian yang lebih kecil serta membersihkan tanah dari akar tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Zannititah (2007), yang menyatakan bahwa Penggaruan (harrowing) bermaksud untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah dan membersihkan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.



BAB V
PENUTUP


V.1 Kesimpulan
Dari pembahasan hasil Praktikum Mengenai Pengolahan Lahan dapat ditarik kesimpulan bahwa cara pengolahan lahan yang baiak adalah dimulai dari pembersihan lahan dari gulma atau tanaman pengganggu lainnya, kemudian pembajakan tanah menjadi bongkahan kecil serta penggaruan tanah menjadi bentuk yang remah. Namun, dalam proses penggaruan perlu juga membersihkan tanah dari akar bekas tanaman pengganggu.
V.2 Saran
  
Saran untuk Laboratorium Tanaman Makanan Ternak, agar supaya alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum bisa disiapkan sebelumnya.
Saran untuk Praktikum Pengolahan Lahan, agar waktu praktikum bisa dilaksanakan di awal pagi hari.
Saran untuk Asisten Praktikum Tanaman Makanan Ternak, agar asisten bisa mendampingi praktikannya dalam praktikum. Agar asisten bisa melihat dan menilai apa yang dilakukan praktikannya.



DAFTAR PUSTAKA
Adwinta. 2012. Jenis dan ciri-ciri tanah di indonesia. http://m.adwintaactivity. blogspot.com/2012/04/jenis – dan–ciri – ciri –tanah -di-indonesia.html?=1 Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 11.28 WITA.

Ansyari, Isya.2013. Susunan Tanah Dan Jenisnya.http://m.learmine.blogspot. com/2013/04/Susunan–Tanah-Dan-Jenisnya.Html?M=1 Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 11.28 WITA.

Atom .2013. Pembibitan Dan Pengolahan Tanah. http://m.tutorialbudidaya .blogspot.com/2013/09/Pembibitan- Dan- Pengolahan-Tanah.Html?M = 1 Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 13.27 WITA.

Griffindor, Abdhi. 2014. Menegenal Lapisan Pada Tanah. http://m.artikelampuh. blogspot. com / 2014 / 02 / Mengenal - Lapisan - Pada - Tanah . Html?M=1 Diakses Pada Hari Minggu, 14 September 2014 Pukul 11.53 WITA.

Hasan, syamsuddin. 2012. Hijauan pakan tropik. IPB Press. Bogor.
Haverkort, Bertus .1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Ygyakarta.
Rahma, yunita. 2013.Klasifikasi Iklim dan Dasar Pembagiannya.http://rahma yunisa02.blogspot.com/2013/10/klasifikasi-iklim-dan - dasar - pembagian nya .html diakses pada hari selasa, 16 september 2014, pukul 15.13 WITA.

Suhanda, eka. 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Pembentukan Tanah. http://m. http://suhandaeka.blogspot.com/ diakses pada hari selasa, 16 september 2014, pukul 12.42 WITA.

Suripin . 2004 .pelestarian sumber daya tanah dan air. ANDI. Ygyakarta.

Untung, Onny. 2007 . Durian. Penebar Swadaya. Jakarta

Zannititah, zia .2012. Tahap-Tahap Pengolahan Tanah. http://m.Ziazannititah-pawana.blogspot.com2012/05/tahap tahap pengolahan tanah. Html?m=1 diakses pada hari minggu, 14 september 2014, pukul 15.25 WITA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar